rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Senin, 17 Juni 2013

Makalah Teori Belajar Sosial Albert Bandura



KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Syukur alhamdulillah ke hadirat Allah subhanahu Wata’ala atas segala rahmat dan karuniaNya, sebab hanya berkat izin dan ridhoNya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Teori Belajar Sosial Albert Bandura ” yang sederhana ini. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan pada Program Pasca Sarjana MTP UIA Jakarta. Sholawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Rosululloh SAW, beserta keluarga dan sahabatnya serta kepada seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
            Kami sadar bahwa tersusunnya makalah ini tidak lepas dari adanya petunjuk, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkan kami untuk mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1.   Ibu Dr. Hj Rugaiyah, M.Pd
2. Rekan-rekan mahasiswa program Pasca Sarjana MTP UIA yang selalu  bersemangat dan kepada semua pihak yang telah membantu dan   memberi dukungan penuh pada pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini kami susun dengan penuh kesungguhan, dengan mengerahkan segala kemampuan yang kami miliki, namun kami sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kelemahan dan kekurangan, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik, saran serta masukan-masukan berharga dari semua pihak, terutama dari Ibu Dosen, teman-teman mahasiswa pasca sarjana MTP UIA Jakarta serta pihak-pihak lain yang terkait, demi perbaikan dan kelengkapan makalah ini di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis serta para pembaca pada umumnya. Hanya kepada Allah kami mohon petunjuk dan ridhoNya, amin ya robbal alamin
Wassalamu’alaikum.

Penyusun


DAFTAR ISI


                                                                                                               Hal

KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….ii

BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah……….……….……………………………… 1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
C.     Tujuan Perumusan Masalah……….…………………………………… 2

BAB II  PEMBAHASAN………………………………………………….  4
A.    Latar Belakang Tokoh ………………………………………………… 4
B.     Teori Pembelajaran Sosial……………………………………………... 4
C.     Teori Peniruan ( Modeling )…………………………………………… 6
D.    Unsur Utama Dalam Peniruan………………………………………....  8
E.     Ciri – ciri Teori Pemodelan Bandura………………………………….   9
F.      Eksperimen Albert Bandura…………………………………………… 11
G.    Jenis – jenis Peniruan ( Modelling )…………………………………… 12
H.    Kelemahan Teori Albert Bandura……………………………………… 14
I.       Kelebihan Teori Albert Bandura……………………………………….  14
J.       Implementasi Teori Bandura dalam Pembelajaran…………………….  15

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………...  16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………  17



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh   Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif  serta  faktor  pelaku  memainkan  peran  penting  dalam  pembelajaran.  Faktor kognitif  berupa  ekspektasi/ penerimaan  siswa  untuk  meraih  keberhasilan,  faktor  sosial  mencakup pengamatan siswa terhadap  perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori  kognitif  sosial.  Menurut  Bandura  ketika  siswa  belajar  mereka  dapat merepresentasikan atau  mentrasformasi pengalaman mereka  secara  kognitif.  Bandura mengembangkan  model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,  person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.   Faktor   lingkungan   mempengaruhi   perilaku,   perilaku          mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi  perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif)  memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif)  yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri.  Reivich  dan  Shatté  (2002)  mendefinisikan  efikasi  diri  sebagai  keyakinan  pada kemampuan diri  sendiri untuk menghadapi dan  memecahkan masalah  dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi

diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak  akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut  Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah  dalam  menghadapi  tantangan.  Individu  tidak  merasa  ragu  karena  ia  memiliki kepercayaan  yang  penuh  dengan  kemampuan  dirinya.  Individu  ini  menurut  Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  Latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan :
1.      Bagaimana Latar Belakang Tokoh ?
2.      Bagaimana Teori Pembelajaran Sosial ?
3.      Bagaimana Teori Peniruan ( Modeling ) ?
4.      Apa Unsur Utama Dalam Peniruan ?
5.      Apa Ciri – ciri Teori Pemodelan Bandura ?
6.      Bagaimana Eksperimen Albert Bandura?
7.      Apa saja jenis – jenis Peniruan ?
8.      Bagaimana Kelemahan  dan Kelebihan Teori Albert Bandura ?
9.      Bagaimana Implementasi Teori Albert Bandura dalam pembelajaran ?

C.     Tujuan Perumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui Latar belakang Tokoh
2.      Untuk mengetahui Teori Pembelajaran Sosial
3.      Untuk mengetahui Teori Peniruan ( modeling )
4.      Untuk mengetahui Unsur Utama dalam Peniruan
5.      Untuk mengetahui Ciri – cirri Teori Pemodelan Bandura
6.      Untuk mengetahui Eksperimen Albert Bandura
7.      Untuk mengetahui Jenis – jenis Peniruan
8.      Untuk mengetahui Kelemahan  dan Kelebihan Teori Albert Bandura
9.      Untuk mengetahui Implementasi Teori Bandura dalam Pembelajaran

 


 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahun 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama  mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B.     Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial  atau disebut juga Teori Observasional atau Teori belajar dari model. Teori belajar ini relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya dan merupakan perluasan dari teori belajar perilaku (behavioristik).  Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
 Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negative, saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
Bandura mengidentifikasi tiga model dasar pembelajaran observasional:
1.   Model hidup, yang melibatkan seorang individu yang sebenarnya mendemonstrasikan atau bertindak keluar perilaku.
2.   Sebuah model pembelajaran verbal, yang melibatkan deskripsi dan penjelasan perilaku.
3.   Model simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku, film, program televisi, atau media online.
C.     Teori Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran sosial “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan  tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku  hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut "observationallearning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menurut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
D.    Unsur  Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar sosial (Albert Bandura)  ada 4 tahap Unsur  Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Pemodelan) yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1) Perhatian ('Attention')
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain musik terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka "Sosial Learning & Personality Development"menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2) Mengingat ('Retention')
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak ('Reproduction')
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat  menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

E.     Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1.      Unsur pembelajaran utama ialah perhatian dan peniruan
2.      Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3.      Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4.      Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5.      Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karakter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skill atau afektif?
b. Bagaimanakah urutan dari tingkah laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam urutan atau rangkaian tersebut?   
2. Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidak begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau simbol?
Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3.   Pengembangan urutan atau rangkaian (sekuen) instruksional
 Untuk mengajar motor skill, bagaimana cara mengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”.Langkah-langkah manakah menurut urutan atau rangkaian (sekuen)yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4. Implementasi pengajaran untuk menuntut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. Motor skill
1)  Hadirkan model
2) Beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secara   simbolik
3)  Beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. Proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secara aktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.

F.      Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil              =  Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif

Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil             =  Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok        A


Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.

Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif


G.    Jenis – jenis Peniruan (modelling)
Jenis – jenis Peniruan (modeling) adalah :

1.            Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modelling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2.            Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya / teman sejawat.

3.            Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4.            Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5.            Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya  bahasa gurunya.

Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.            Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2.            Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.            Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Teori belajar sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar sosial dalam iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya.

H.       Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

I.          Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor sosial dan kognitif.
J.          Implementasi Teori Albert Bandura dalam Pembelajaran
Penerapan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, antara lain :
1.      Penyampaian guru hendaklah cakap dan menarik agar dapat menjadi model bagi siswa
2.      Demonstrasi yang dilakukan oleh guru hendaknya jelas serta menarik agar siswa dapat meniru dengan cepat
3.      Hasil pekerjaan guru, lukisan, hendaknya bermutu
4.      Guru boleh menggunakan teman sejawat yang terbaik sebagai model


BAB III
KESIMPULAN

Ø  Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya.
Ø  Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh.
Ø  Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
Ø  Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.
Ø  Hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
Ø  Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
Ø  Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Ø  Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Ø  Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA

Arie Asnaldi, 2005. Teori – Teori Belajar
Bell Gredler, E.Margaret.1991.Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.Rajawali
blogs.unpad.ac.id/aderusliana
John W. Satrock, 2007.Psikologi Pendidikan, edisi kedua.PT. Kencana Media Group.Jakarta
 http://www.pts.com.my/modules.php?name=News&file=print&sid=792
 http://alfaned.blogspot.com/2008/09/bab-2-teori-sosial-bandura.html
 http://www.iyares.com/books/s/?q=teori+pembelajaran+sosial+albert+bandura
 http://pdfcontact.com/ebook/teori_peniruan_bandura.html
 http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-bandura.html
 http://depe.blog.uns.ac.id/2010/05/07/teori-belajar-sosial/
 http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20dan
%20PEMBELAJARAN.htm
http://www.scribd.com/doc/10961377/RPP-Berbasis-Teori-Belajar
http://depe.blog.uns.ac.id/2010/05/07/teori-belajar-sosial
Mukminan.1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:P3G IKIP
Prasetya Irawan,dkk.1997. Teori Belajar. Dirjen Dikti : Jakarta
           www.e-psikologi.com/lain-lain/tokoh.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar