KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Syukur alhamdulillah ke hadirat
Allah subhanahu Wata’ala atas segala rahmat dan karuniaNya, sebab hanya berkat
izin dan ridhoNya kami dapat menyusun makalah dengan judul “Teori Belajar
Sosial Albert Bandura ” yang sederhana ini. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan pada
Program Pasca Sarjana MTP UIA Jakarta. Sholawat dan salam semoga senantiasa
Allah curahkan kepada Rosululloh SAW, beserta keluarga dan sahabatnya serta
kepada seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami sadar bahwa tersusunnya makalah
ini tidak lepas dari adanya petunjuk, arahan serta bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu izinkan kami untuk mengucapkan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Hj
Rugaiyah, M.Pd
2. Rekan-rekan mahasiswa program
Pasca Sarjana MTP UIA yang selalu
bersemangat dan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan penuh pada pembuatan
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini kami susun dengan penuh
kesungguhan, dengan mengerahkan segala kemampuan yang kami miliki, namun kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak memiliki kelemahan dan kekurangan, Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik, saran serta masukan-masukan
berharga dari semua pihak, terutama dari Ibu Dosen, teman-teman mahasiswa pasca
sarjana MTP UIA Jakarta serta pihak-pihak lain yang terkait, demi perbaikan dan
kelengkapan makalah ini di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis serta para pembaca pada umumnya. Hanya
kepada Allah kami mohon petunjuk dan ridhoNya, amin ya robbal alamin
Wassalamu’alaikum.
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA
PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………….ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah……….……….……………………………… 1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………… 2
C. Tujuan
Perumusan Masalah……….…………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 4
A. Latar
Belakang Tokoh ………………………………………………… 4
B. Teori
Pembelajaran Sosial……………………………………………... 4
C. Teori
Peniruan ( Modeling )…………………………………………… 6
D. Unsur
Utama Dalam Peniruan………………………………………....
8
E. Ciri
– ciri Teori Pemodelan Bandura………………………………….
9
F. Eksperimen
Albert Bandura…………………………………………… 11
G. Jenis
– jenis Peniruan ( Modelling )…………………………………… 12
H. Kelemahan
Teori Albert Bandura……………………………………… 14
I. Kelebihan
Teori Albert Bandura………………………………………. 14
J. Implementasi
Teori Bandura dalam Pembelajaran…………………….
15
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………... 16
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Albert Bandura
sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory )
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang
terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri.
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan
anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory)
yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta faktor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Faktor
kognitif
berupa
ekspektasi/
penerimaan siswa
untuk meraih
keberhasilan, faktor
sosial
mencakup pengamatan siswa terhadap
perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori
kognitif
sosial.
Menurut Bandura ketika siswa
belajar
mereka dapat merepresentasikan
atau mentrasformasi pengalaman mereka
secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi
perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif)
memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri.
Reivich dan
Shatté (2002)
mendefinisikan
efikasi diri sebagai keyakinan
pada
kemampuan diri
sendiri untuk menghadapi dan
memecahkan masalah dengan efektif.
Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi
diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak
akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut
Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi
tantangan. Individu
tidak
merasa
ragu karena ia
memiliki kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan
dirinya.
Individu ini
menurut Bandura (1994) akan
cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Menurut Bandura
proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku
dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan
dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain
judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan :
1. Bagaimana
Latar Belakang Tokoh ?
2. Bagaimana
Teori Pembelajaran Sosial ?
3. Bagaimana
Teori Peniruan ( Modeling ) ?
4. Apa
Unsur Utama Dalam Peniruan ?
5. Apa
Ciri – ciri Teori Pemodelan Bandura ?
6. Bagaimana
Eksperimen Albert Bandura?
7. Apa
saja jenis – jenis Peniruan ?
8. Bagaimana
Kelemahan dan Kelebihan Teori Albert
Bandura ?
9. Bagaimana
Implementasi Teori Albert Bandura dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
Perumusan Masalah
1. Untuk
mengetahui Latar belakang Tokoh
2. Untuk
mengetahui Teori Pembelajaran Sosial
3. Untuk
mengetahui Teori Peniruan ( modeling )
4. Untuk
mengetahui Unsur Utama dalam Peniruan
5. Untuk
mengetahui Ciri – cirri Teori Pemodelan Bandura
6. Untuk
mengetahui Eksperimen Albert Bandura
7. Untuk
mengetahui Jenis – jenis Peniruan
8. Untuk
mengetahui Kelemahan dan Kelebihan Teori
Albert Bandura
9. Untuk
mengetahui Implementasi Teori Bandura dalam Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Tokoh
Albert Bandura
dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa
kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan
disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British
Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang
psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor
(Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik,
setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun dalam
pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik
pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor
dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk
Distinguished scientific contribution pada tahun 1980.
Pada tahun
berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh
keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura
sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard
Walters, muridnya yang pertama mendapat
gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar
cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu
harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh
paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan
pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.
B. Teori
Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial atau disebut juga Teori Observasional atau
Teori belajar dari model. Teori belajar ini relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya dan merupakan perluasan dari teori belajar
perilaku (behavioristik). Teori
pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Berbeda dengan penganut Behaviorisme
lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis
atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
Teori ini menerima sebagian besar
dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih
banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada
proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan
menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan –
penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar sosial “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan –
kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus
lingkungan.
Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan
– lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan –
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya
sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling
penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis
pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat
terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar
melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia
kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh
gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang
dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku
model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan
negative, saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan
sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat
pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga
menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,
M,1998.a:4).
Seperti
pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran sosial berdasarkan
pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada
tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran
sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi,
teori – teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana
tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa
pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat
tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut
atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
Bandura mengidentifikasi tiga model
dasar pembelajaran observasional:
1. Model hidup, yang melibatkan seorang
individu yang sebenarnya mendemonstrasikan atau bertindak keluar perilaku.
2. Sebuah model pembelajaran verbal,
yang melibatkan deskripsi dan penjelasan perilaku.
3. Model simbolik, yang melibatkan
karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku, film, program
televisi, atau media online.
C. Teori
Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941,
dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan
hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil
proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut
dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran sosial “ . Perilaku peniruan
manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita
meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut
Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun
penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak
untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,”
Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen
pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka
mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak
dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut
"observationallearning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura
(1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki
memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku
tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor
dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan
teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian
bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton
orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil
menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah bermain
di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang
dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru
secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang
kertas dan pelajar meniru secara langsung.
Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak
meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan
contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di
dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi
tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi
tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses
peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila
seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak
melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut
untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak
tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan
kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad
ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari
perkara yang mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut
peringkat-peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang
konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menurut Ibnu Khaldun, anak-anak
hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan.
Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan
dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan
anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses
Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar sosial (Albert Bandura) ada 4 tahap Unsur Utama dalam Peniruan (Proses
Modeling/Pemodelan) yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi
gerak , dan motivasi.
1)
Perhatian ('Attention')
Subjek harus
memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi perhatian
tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah
laku pemain musik terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura
& Walters(1963) dalam buku mereka "Sosial Learning & Personality
Development"menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain
pembelajaran dapat dipelajari.
2)
Mengingat ('Retention')
Subjek
yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan
subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi
juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3)
Reproduksi gerak ('Reproduction')
Setelah mengetahui atau
mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan
apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain
tenis. Jadi setelah
subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk
benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari
perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4)
Motivasi
Motivasi
juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu
untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah
dimodelkan.
E. Ciri
– ciri teori Pemodelan Bandura
1. Unsur
pembelajaran utama ialah perhatian dan peniruan
2. Tingkah
laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3. Pelajar
meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4. Pelajar
memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5. Proses
pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau
timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
Lebih
lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks
tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan
motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari
diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory
system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat
menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
Berikut
Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran
yaitu sebagai berikut :
1. Analisis tingkah laku yang akan
dijadikan model yang terdiri :
a. Apakah karakter dari tingkah laku
yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skill atau afektif?
b. Bagaimanakah urutan dari tingkah
laku tersebut?
c. Dimanakah letak hal-hal yang
penting (key point) dalam urutan atau rangkaian tersebut?
2. Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah
tingkah laku tersebut sebagai model.
a. Apakah tingkah laku (kemampuan
yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang?
(success prediction)
b. Bila tingkah laku yang dipelajari
kurang memberi manfaat (tidak begitu penting) model manakah yang lebih penting?
c. Apakah model harus hidup atau
simbol?
Pertimbangan
soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi
nilai dan tingkah laku.
d. Apakah reinforcement yang akan
didapat melalui model yang dipilih?
3. Pengembangan
urutan atau rangkaian (sekuen) instruksional
Untuk mengajar motor skill, bagaimana cara
mengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya
“not this”.Langkah-langkah manakah menurut urutan atau rangkaian (sekuen)yang
harus dipresentasikan secara perlahan-lahan
4. Implementasi pengajaran untuk menuntut proses kognitif
dan motor reproduksi.
a. Motor skill
1) Hadirkan model
2) Beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan
secara simbolik
3) Beri kesempatan
kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. Proses kognitif
1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal
atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar
atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau
strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secara aktif
4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke
berbagai siatuasi.
F. Eksperimen
Albert Bandura
Eksperimen yang
sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru
seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori
belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau
menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan
atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan
kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen
Pemodelan Bandura :
Kelompok
A
= Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang,
dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil =
Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok
B
= Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar
Bobo
Hasil =
Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan
:
Tingkah laku anak – anak dipelajari
melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil
Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku
yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku
yang agresif
G. Jenis
– jenis Peniruan (modelling)
Jenis – jenis Peniruan (modeling)
adalah :
1.
Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan
berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran
ini adalah adanya modelling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu
dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2.
Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah
melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak
yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya / teman
sejawat.
3.
Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan
cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan
tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya.
4.
Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya
sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru
Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5.
Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku
yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar
meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan
bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1.
Tingkat tertinggi belajar dari
pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi
perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih
baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau
gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan
seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru
akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video,
gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2.
Individu lebih menyukai perilaku yang
ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu akan menyukai perilaku yang
ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai
nilai yang bermanfaat.
Teori belajar
sosial dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik
dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah
laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara
langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan
teori belajar sosial dalam iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan
bintang – bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong
konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak
ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan
karakteristik modelnya. Ciri – ciri model seperti usia, status sosial, seks,
keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak
lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga
cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak
yang sangat dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih ringan.
Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya.
H. Kelemahan
Teori Albert Bandura
Teori
pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga,
jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui
peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk
perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
I.
Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert
Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu
menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem
kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata –
mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori
belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon
) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan
pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak.
Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak,
faktor sosial dan kognitif.
J.
Implementasi Teori Albert Bandura dalam
Pembelajaran
Penerapan dalam proses pembelajaran di dalam kelas,
antara lain :
1. Penyampaian
guru hendaklah cakap dan menarik agar dapat menjadi model bagi siswa
2. Demonstrasi
yang dilakukan oleh guru hendaknya jelas serta menarik agar siswa dapat meniru
dengan cepat
3. Hasil
pekerjaan guru, lukisan, hendaknya bermutu
4. Guru
boleh menggunakan teman sejawat yang terbaik sebagai model
BAB III
KESIMPULAN
Ø Teori
Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli
psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam
lingkungan sekitarnya.
Ø Bandura
(1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian
internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh.
Ø Belajar merupakan interaksi segitiga
yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal
dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
Ø Komponen-komponen belajar terdiri
dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses
kognitif pembelajar.
Ø Hasil belajar berupa kode-kode
visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak
(retrievel).
Ø Dalam perencanaan pembelajaran skill
yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu
sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
Ø Dalam proses pembelajaran,
pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental
sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak
perlu.
Ø Bandura memandang tingkah laku
manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus (S-R bond), melainkan juga
akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif manusia itu sendiri.
Ø Pendekatan teori belajar sosial
lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation
(peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya
penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan
kognitif.
DAFTAR
PUSTAKA
Arie Asnaldi,
2005. Teori – Teori Belajar
Bell Gredler,
E.Margaret.1991.Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.Rajawali
blogs.unpad.ac.id/aderusliana
John W. Satrock, 2007.Psikologi Pendidikan, edisi kedua.PT.
Kencana Media Group.Jakarta
http://www.pts.com.my/modules.php?name=News&file=print&sid=792
http://alfaned.blogspot.com/2008/09/bab-2-teori-sosial-bandura.html
http://www.iyares.com/books/s/?q=teori+pembelajaran+sosial+albert+bandura
http://alfaned.blogspot.com/2008/09/bab-2-teori-sosial-bandura.html
http://www.iyares.com/books/s/?q=teori+pembelajaran+sosial+albert+bandura
http://pdfcontact.com/ebook/teori_peniruan_bandura.html
http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-bandura.html
http://depe.blog.uns.ac.id/2010/05/07/teori-belajar-sosial/
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20dan
http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-bandura.html
http://depe.blog.uns.ac.id/2010/05/07/teori-belajar-sosial/
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20dan
%20PEMBELAJARAN.htm
http://www.scribd.com/doc/10961377/RPP-Berbasis-Teori-Belajar
http://depe.blog.uns.ac.id/2010/05/07/teori-belajar-sosial
http://depe.blog.uns.ac.id/2010/05/07/teori-belajar-sosial
Mukminan.1997.
Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:P3G IKIP
Prasetya
Irawan,dkk.1997. Teori Belajar. Dirjen Dikti : Jakarta
www.e-psikologi.com/lain-lain/tokoh.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar