rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Rabu, 19 Juni 2013

Teori GESTALT



A.                  Latar Belakang
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.

v    Kelompok Wuerzburg
Selain kelompok Wundt, di Jerman berkembang lagi sebuah kelompok intelektual yang ikatannya tidak sekuat kelompok Wundt, namun merasa tidak puas dengan pandangan Wundt. Aliran ini menekankan bahwa aktivitas mental dapat diwujudkan dalam kesadaran nonsensoris, merupakan awal pemikiran tentang higher mental process. Mind memiliki kategori-kategorinya sendiri, dan mampu membentuk organisasi mental, tidak harus muncul dalam bentuk aktivitas sensoris. Bentuk nyata dari pengorganisasian ini adalah pola-pola dari persepsi.
Ø  Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini memfokuskan pada observasi dan deskripsi detil dari gejala yang muncul, tanpa perlu menjelaskan latar belakang gejala atau menyimpulkan sesuatu dari gejala tersebut. Sehubungan dengan pandangan gestalt, pendekatan fenomenologis dari Edmund Husserl (1859 – 1938) sangat berpengaruh, observasi dan deskripsi detil mengenai aktivitas mental yang dirasakan individu.

B.                  Tokoh Gestalt
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
·         Max Wertheimer (1880-1943)
Belajar pada Kuelpe, seorang tokoh aliran Wuerzburg. Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana.

Konsep pentingnya : phi phenomenon (bergeraknya obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi).

Dengan konsep ini, Wertheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik, tetapi proses mental. Dengan pernyataan ini ia menentang pendapat Wundt yang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon.

·         Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology dari Kurt Lewin. Lewin adalah salah seorang ahli yang sangat kuat menganjurkan pemahaman tentang lapangan psikologis seseorang.

Lewin lahir di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang psikologi thn 1914. Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer dan Koehler dan mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director of the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.

Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku individu (B=f L). Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku individu berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion.
Dalam lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension). Perilaku individu akan segera tertuju untuk meredakan ketegangan ini dan mengembalikan keseimbangan.

Apabila individu menghadapi suatu obyek, maka bagaimana valensi dari nilai tersebut bagi si individu akan menentukan gerakan individu. Pada umumnya individu akan mendekati obyek yang bervalensi positif dan menjauhi obyek yang bervalensi negatif. Dalam usahanya mendekati obyek bervalensi positif, sangat mungkin ada hambatan. Hambatan ini mungkin sekali menjadi obyek yang bervalensi negatif bagi individu. Arah individu mendekati/menjauhi tujuan disebut vektor. Vektor juga memiliki kekuatan dan titik awal berangkat.

Dengan konsep vektor, daya, dan valensi ini Lewin menjelaskan teorinya mengenai tiga jenis konflik (approach-approach, approach-avoidance, dan avoidance-avoidance).

Aplikasi teori Lewin banyak dilakukan dalam konteks dinamika kelompok. Dasar berpikirnya adalah kelompok dianalogikan dengan individu. Maka perilaku kelompok menjadi fungsi dari lingkungan, dimana salah satu faktornya adalah para anggota kelompok dan hubungan interpersonal mereka. Apabila hubungan ini bervalensi negatif, maka perilaku anggota akan menjauhinya dan dengan demikian tujuan kelompok semakin tidak tercapai. Sebaliknya, hubungan yang baik akan membuat anggota saling mendekati sehingga memungkinkan kerjasama yang lebih baik dalam mencapai tujuan kelompok.

Kritik untuk teori Lewin berfokus pada konstruk-konstruknya yang dianggap hipotetis dan sulit dikongkritkan dalam situasi eksperimental. Implikasinya adalah penjelasan Lewin sulit sampai pada level explanatory dan sifatnya deskriptif.

C.                  Prinsip dasar Gestalt
1.      Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.

2.      Prinsip-prinsip pengorganisasian:

§  Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
§  Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
§  Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
§  Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
§  Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
§  Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
§  Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.

D.                 Aplikasi prinsip Gestalt
Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar,
terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi,
seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a)     Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b)     Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan  dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna  yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c)      Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah  aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d)     Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e)     Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi  apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.  Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian
berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu
mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error
lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh
Koehler dalam eksperimen yang sistematis.

Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya
waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul
dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan
pengaruh gosip/rumor.

Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman
karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit
mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan
berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan
karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya
psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak
sekuat behaviorisme.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang patut dicatat sebagai implikasi dari
aliran Gestalt.

Implikasi Gestalt
§  Pendekatan fenomenologis menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
§  Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh: Tolman dan Koehler.

Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.

Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar. Karena asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.

Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia. Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory.

Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebih dari pada bagian- bagiannya.

Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
1)    Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
2)    Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3)    Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
4)    Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
5)    Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6)    Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
7)    Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8)    Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.

Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahkan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang itu dapat memecahkan masalah menurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
1)    Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan
2)    Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
3)    Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
4)    Menilai dan mencoba usaha pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang diperoleh.
5)    Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal itu.

Teori medan ini mengibaratkan pengalaman manusia sebagai lagu atau melodi yang lebih daripada kumpulan not, demikian pula pengalaman manusia tidak dapat dipersepsi sebagai sesuatu yang terisolasi dari lingkungannya. Dengan kata lain berbeda dengan teori asosiasi maka toeri medan ini melihat makna dari suatu fenomena yang relatif terhadap lingkungannya. Sesuatu dipersepsi sebagai pendek jika objek lain lebih panjang. Warna abu-abu akan terlihat lebih cerah pada bidang berlatar belakang hitam pekat. Warna abu-abu akan terlihat biru pada latar berwarna kuning.
Belajar melibatkan proses mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kedalam pola-pola yang sistematis dan bermakna. Belajar bukan merupakan penjumalahan (aditif), sebaliknya belajar mulai dengan mempersepsi keseluruhan, lambat laun terjadi proses diferensiasi, yakni menangkapbagian bagian dan detail suatu objek pengalaman. Dengan memahami bagian / detail, maka persepsi awalakan keseluruhan objek yang semula masih agak kabur menjadi semakin jelas. Belajar menurut paham ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yakni mengorganisasikan persepsi kedalam suatu struktur yang lebih kompleks yang makin menambah pemahaman akan medan. Medan diartikan sebagai keseluruhan dunia yang bersifat psikologis. Seseorang beraksi terhadap lingkungan sesuai dengan persepsinya terhadap lingkungan pada saat tersebut. Manusia mempersepsi lingkungan secara selektif, tidak semua objek masuk kedalam fokus persepsi individu, sebagian berfungsi hanya sebagai latar.
Tekanan ke-2 pada psikologi medan ini adalah sifat bertujuan dari prilaku manusia. Individu menetapkan tujuan berdasarkan tilikan (insight) terhadap situasi yang dihadapinya. Perilakunya akan dinilai cerdas atau dungu tergantung kepada pandai atau tidaknya pemahamannya akan situasi.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum – hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas.

Daftar Pustaka
6.      http://hariadhi.wordpress.com/2008/01/17/gestalt-harta-karun-yang-terlupakan/

Senin, 17 Juni 2013

Teori Pengolahan Informasi



TEORI PENGOLAHAN INFORMASI

Penelitian pengolahan informasi menitik beratkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran dan hasilnya, yang berupa informasi dalam pelaksanaan tugas kognitif tertentu ( Anderson,1980, hlm.13). bidang lain yang termasuk dalam psikologi kognitif ialah sub ranah bahasa perumpamaan, memori, persepsi, intelegensi buatan, dan perkembangan kognitif.
Istilah “pengolahan Informasi” mengandung pengertian adanya pandangan tertentu kearah studi individu. Pusat perhatiannya adalah cara bagaimana orang mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling.
Teori pengolahan informasi berbeda dengan teori belajar yang khas dalam tiga hal:

1. Tidak bercirikan karya satu orang teoritikus saja atau suatu rancangan penelitian tertentu.
2. Adanya perpecahan pandangan filosofis dalam bidang kognitif.
3. Derajat penekanannya pada soal belajar.
Prinsip Belajar
Dalam rancangan pengolahan informasi ada dua bidang yang penting secara khusus bagi belajar. Yang pertama, penyelidikan mengenai proses orang memperoleh dan mengingat informasi. Yang kedua, penelitian mengenai siasat yang dipakai orang dalam memecahkan masalah.
Asumsi Dasar
Asumsi yang mendasari teori pengolahan informasi:
Hakikat system memori manusia
Sifat memori manusia
Dalam tahun 1960-an memori manusia mulai dipandang sebagai suatu struktur yang rumit dalam mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan kita. Memori bukanlah sebuah gudang yang pasif, tetapi suatu system yang ada organisasinya dan aktif.
Cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori
Konsep multitahap . Ada tiga struktur memori dalam konsep ini:
• Pencatat pengindraan
• Penyimpanan jangka pendek
• Penyimpanan jangka panjang
Konsep keadaan
Bahwa informasi itu tidak berada dalam keadaan inaktif atau aktif. Keadaan aktif bersifat sementara dan disebut memori jangka pendek atau memori kerja. Konseptualisasi memori jangka pendek sebagai keadaan informasi yang aktif juga memungkinkan akomodasi proses yang secara kualitatif berbeda. Termasuk dalam pengertian ini adalah pengaktifan proses otomatis dari keterampilan yang dipelajari sampai derajat kemahiran yang tinggi maupun pengaktifan hal-hal yang menuntut perhatian selektif.
Representasi pengetahuan
Perekaman informasi (informasi simpanan) bukanlah salinan masukan stimulus yang sama benar dengan aslinya. Penyebabnya adalah:
• Isyarat-isyarat fisik yang diterima indera bukanlah representasi yang sempurna dari dunia
• Pengubahan (transformasi) atau penyandian kembali memperbesar kemungkinan informasi dapat diingat kembali dengan mengorbankan rinciannya.
Ada dua bentuk informasi simpanan:
• Model dual-kode
Ciri esensial model ini adalah bahwa informasi bisa disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk visual atau verbal.
• Model jaringan verbal
Model ini berpendapat bahwa representasi akhir dari informasi ialah dalam bentuk verbal dan bahwa citra itu disusun dari sandi-sandi verbal.
Ada tiga jenis umum model verbal:
• Model jaringan semantik.
Model ini menggunakan simpai-simpai untuk menggambarkan konsep dan konsep superordinat dalam hubungan hirarki.
• Model gugus
Model ini menggunakan gugus untuk melukiskan kata-kata yang dikelompokan dalam memori di gugus-gugus tertentu.
• Model proposional
Model ini menyebutkan proposisi kata-kata lepas sebagai balok-baloksebagai penyusun memori.
Skema
Dual –kode dan model jaringan proposional atau semantik mendeskripsikan representasi butir-butir pengetahuan khusus tertentu didalam memori. Akan tetapi, operasi kognitif itu rupanya dikendalikannya oleh prganisasi pengetahuan yang lebih basar. Struktur pengetahuan ini disebut skema. Skema sebagai struktur data yang merupakan kenyataan konsep-konsep generic yang mendasari obyek, kejadian, dan tindakan.
Pentingnya skema adalah bahwa skema itu mencerminkan fungsi untuk memori jangka panjang selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan informasi. Fungsi tersebut ialah:
1. Memberikan suatu format tempat data baru bisa cocok dan dipahami
2. Sebagai pedoman untuk mengarahkan perhatian dan untuk melakukan pencarian yang tertuju pada lingkungan
3. Mengisi kekurangan informasi yang diperoleh dari lingkungan

Asumsi dasar
Asumsi pokok yang mendasari teori-teori pengolahan informasi menyebutkan hakikat sistem memori pada manusia dan representasi pengetahuan didalam memori. Penerapan dikelas atas penerapan teori ini adalah berasal dari asumsi bahwa memori manusia itu suatu sistem yang aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi informasi dan keterampilan bagi penyimpanannya untuk dipelajari. Dengan demikian asumsi utama yang para ahli teori kognitif bersepakat bahwa belajar yang berhasil tergantung lebih pada tindaka si belajar ketimbang pada hal-hal yang ada di lingkungan.
Komponen Pembelajaran
Dalam hal memperoleh informasi baru maka prosesnya yang esensial adalah :
1. Perhatian yang ditujukan pada stimulus
2. Pengkodean stimulus itu
3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival) kode dalam ikhtisar
Karena itu, pembelajaran untuk maksud fase penerimaan belajar itu pertama-tama harus mengarahkan perhatian siswa ke informasi (stimulus) sesuai yang aka dipelajari, memudahkan peserta didik menerima informasi yang cermat dan lengkap. Dengan kata lain, pertanyaan penting yang mula-mula harus dijawab dalam pembelajaran ialah sudahkah informasi diterima di dalam memori kerja peserta didik.
Penerapan Dalam Pendidikan
Tidak seperti teori belajar yang lain, teori pengolahan informasi sebagai suatu bidang pengetahuan tidak diterjemahkan secara langsung untuk keperluan pelaksanaan kurikulum. Penerapannya di kelas cenderung menggunakan suatu konstruk tertentu, konsep, asas, atau kaidah dalam suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya konsep skema dan penggunaan elaborasi telah dipakai dalam mengajarkan membaca. Sedangkan hasil-hasil dari penelitian pemecahan masalah deiterapkan dalam pelajaran sains dan matematika.
Soal-soal pelajaran dikelas oleh teori pengolahan informasi ialah yang ada kaitannya secara langsung dengan proses kognitif. Dalam pengelolaan belajar di kelas, menurut teori ini harus dicari tahu perbedaan antar individu, Kesiapan peserta didik untuk belajar, dan motivasi peserta didik mengikuti pelajaran di kelas. Teori pengolahan informasi memberikan persepektif baru dalam pengelolaan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Terutama dalam hal proses kognitif dalam pembelajaran, meliputi :
1. Mengajarkan pemecahan masalah
2. Konteks sosial untuk belajar.
Mengembangkan rencana pembelajaran di kelas.
Arti penting rancagan pembelajaran dalam pengolahan informasi ialah bahwa makna logis pengetahuan itu diubah menjadi makna psikologi. Makna logis ialah hubungan antara lambang, konsep, dan aturan mengenai bidang ajaran. Makna psikologis ialah hubungan antara lambag, konsep, dan aturan dengan struktur kognitif siswa. Berikut ini adalah strategi pembelajaran dikelas yang dapat dikembangkan sesuai dengan teori ini :
Pemahaman Pengetahuan
Langkah 1 : Menyusun pengisayaratan guna membimbing peneriman peserta didik yang baru.
1. Pertayaan informal apa yang akan disampaikan pada struktur kognitif yang ada pada peserta didik.
2. Apakah pelajaran mempunyai tujuan yang dirumuskan secara luas atau pertanyaan tentang maksud yang dapat mengarahkan perhatian pserta didik.
3. Bagaimana penegtahuan atau keterampilan yang baru akan dapat meningkatkan atau menambah pengetahuan yang sekarang pada peserta didik.
Langkah 2 : Memilih atau mengembangkan dukungan konseptual yang akan memperlancar pengkodean informasi.
1. Informasi apa yang harus dimasukan dalam organiser muka sehingga dapat menghubungkan pengetahuan siswa dengan pokok bahasan yang baru.
2. Konsep, episode apa saja yang sudah didapat peserta didik yang dapat dipakai untuk menjelaskan istilah, definisi, atau konsep baru.
3. Adakah pertanyaan pembantu di dalam buku pelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar untuk gladi sekunder.
4. Apakah pokok-pokok logis dalam pembelajaran yang harus diikuti peserta didik dalam gladi sekunder (yaitu, elaborasi, visual dan atau verval) Apa beberapa contoh citra asosiatif da sandi verbal yang dapat diberikan kepada para peserta didik.
Langkah 3 : Membuat pengisyaratan yang aka membantu retrival informasi yang telah dipelajari. Meliputi :
1. Apakah beberapa perbandingan dengan konsep, istilah atau gagasan yang berkaitan yang dapat dilakukan. Misalnya, jika konsepnya ialah morfem itu bisa dikontraskan dengan fonem dan dibandingkan dengan istilah kata.
2. Pertanyaan inferensi apa dapat digunakan untuk mengakhiri pelaang baru dalam pembelajaran.
Pemecahan masalah
Langkah-langkah berikut disarankan dalam merencanakan pembelajaran untuk tujuan keterampilan pemecahan masalah, yaitu :
Langkah 1 : Menganalisa sifat masalah, terdiri dari :
1. Masalah itu menuntut proses apa ? (pengaturan, transformasi, induksi, analisa sejarah dan sebagainya)
2. Apa saja hal-hal yang diketahui dalam masalah dan kendala-kendala yang ada pada pemecahan masalah itu.
3. Dalam mengembangkan siasat pemecahan masalah secara optimum, langkah-langkah apa yang diperlukan ?
Langkah 2 : Menganalisa tingkah laku pemecaha masalah yang baru dalam pembelajran.
1. Pada unsur maslah mana pemecahan masalah yang belajar lazimnya perhatian dipusatkan, bagaimana unsur – unsur yang berbeda dapat diperhatikan untuk memecahkan masalah.
2. Unsur-unsur yang apa saja yang biasanya diabaikan dalam pemecaha masalah.
3. Siasat umum apa yag secara khas dijalankan masalah yang baru yang tidak produktif ?
Langkah 3 : Menyajikan masalah pada peserta didik dan melaksanakan langkah-langkah yang sesuai untuk membantu peserta didik melalui proses pemecahan masalah. Yaitu :
1. Membantu siswa mengenali masalah. Kendala-kendala apa saja yang beasal masalah tersebut.
2. Membantu siswa dalam merumuskan sub tujuan, membuat analisa sejarah, dan strategi yang cocok untuk mengatasi masalah itu.
3. Dorong peserta didik untuk mengutarakan secara lisantujuan masalah dan strategi pemecahan masalah sebelum memulai mengambil langkah. Jika masalah bersifat fisik , dorong siswa untuk memvisualisaikan masalah itu.
4. Memberikan pengarahan kembali jika perlu.
Kekurangan da Kelebihan teori pengolahn informasi.
Sebagai sebuah teori, teori pengolahan informasi memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemhan teori pengolahan informasi adalah :
1. Belajar bukan merupakan pokok yang diteliti, karena itu penerapan untuk pengajaran dikelas harus ditarik secara tidak langsung.
2. Model komputer untuk proses kognitif mungkin atau mungkin juga tidak sahih.
Sedangkan kelebihan dari teori pengolahan informasi dapat dideskripsikan bahwa dari teori ini diketahui pentingnya rancangan pembelajaran untuk proses-proses yang terjadi di dalam pengalihan informasi dari signal masukan menjadi sandi yag bermakna.
KOMPONEN BELAJAR
Penerapan belajar dan penyerdeharnaan pemahaman atas temuan-temuan proses belajar  di jelaskan dalam tiga tahap :
1.    Mengarahkan perhatian ke stimulus
2.     Mengkode stimulus
3.    Penyimpanan dan retrival informasi
Pengenalan pola
            Bagian terpenting dari pengolahan informasi ialah hal mengenal isyarat-isyarat fisik pilihan. Proses khusus ini disebut pengenala pola.
Proses dalam analisa ciri
Pengenalan pola dibimbing oleh dua proses penting yang berlangsung bersama-sama atau secara terpisah.
1.    Pengolah jalan data (data driven processing), juga di sebut pengolah jalan kejadian (even-driven processing dan pengolah bawah ke atas (bottom-up processing)
2.    Pengolahan yang konseptual  atau pengolahan atas-kebawah. Proses ini di bimbing oleh motif, tujuan, dan juga konteks.
Peranan perhatian
Dalam cara bagaimana stimulus diolah penting adanya konsep perhatian, misalnya beberapa pengolaha tidak memerlukan perhatian, pengolahan sepeti ini di sebut otomatik
Dalam megenali yang lain memerlukan usaha yang terkonsentrasi . tugas demikian disebut proses deliberate karena memerukan pengawasan yang sadar
Pengkodean stimulus
Proses deteksi ciri menyebutkan stimulus yang datang, proses mengingatnya dis ebut pengkodean, mengubah stimulus sehingga bisa disimpan dan di waktu belakang dapat diingat kembali dengan mudah
Metode pengkodean
Ada dua cara utama mengkodekan , yaitu :
1.    Gladi primer merupakan cara pengulangan-pengulangan informasi yang ingin diingat-ingat .
2.    Gladi elaborative merupakan mengubah informasi denga berbagai cara, informasi itu bisa :
a.    Diubah sehingga ia berhubungan dengan informasi yang disimpan
b.    Digantikan dengan lambang lain
c.    Dilengkapi dengan infrmasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya
Penyimpanan dan Retrival informasi
Maksud proses pengkodean ialah ntuk menyimpan iformasi guna disimpan di dalam memori jangka panjang untuk mendapatkannya dan mengingat kembali, hal itu banyak bergantung pad abentuk bagaimana informasi itu disimpan dan hubungan informasi itu dengan isi sebelumnya dari memori jangka panjang.
Peranan gladi elaboratif
Gladi elaborative lebih efektif untuk mengingat kembali yang telah terjadi dalam jangka panjang. Pengulangan atau repitisi membuat segera tersedianya satu butir informasi tertentu akan sedikit saja bisa meningkatkan retensi jangka panjang. Alih-alih untuk meningkatkan ingatan kembali selanjutnya perlu pengolahan secara aktif butir itu mlalui elaboratif, transformasi atau pengubahandan seterusnya
Sistem Mnemonik
Cara mnemunik untuk memudahkan mengingat kembali meliputi catatan, kartu pengingat, telepromptr, dan akronim.
Hakikat Belajar yang kompleks
            Proses kogmitif yang kompleks yang diselidiki para ahli teori pngolah informasi ialaj proses pemecahan masalah. Suatu masalah bisa didefinisikan sebagai “suatu keadaan di situ seseorang dimint melakukan tugas yang tidak ditemuinya diwaktu sebelumnya dan utuk itu instruksi yang datang dari luar tidak menyebutkan secar khusus dan lengkap tentang bagaimana cara pemecahnnya
Jenis masalah
Merupakan pasangan dari studi-studi tentang proses pemecahan masalah ialah usaha untuk mengetahui berbagai jenis masalah. Ke-empat jenis masalah itu ialah :
1.    Induksi struktur merupakan masalah analogi dan masaah rangkaian
2.    Tranformasi merupakan masalah memindahkan dan maslh menukarkan
3.    Pengaturan merupakan kombinasi komponen-komponen yang memnuhi patokan yang ditentukan
4.    Pengatura hibrida merupakan transformasi dri satu struktur ke struktur yang lain.
Proses Pemecahan Masalah
Menurut Resnick dan Glaser (1976), model menerapkan masalah penemuan atau masalah pengturan hibrida ada 3 langkah umum :
1.    Deteksi masalah
2.    Pemeriksaan
3.    Analisa tujuan
Suatu aneka komponen yang penting dalam model ialah penggunaan awal-awal analisa sarana-tujuan dan bukan identifikasi anak tujuan. Secara inci, analisa saran-tujuan itu meliputi :
1.    Asesmen perbedaan antara keadaan sekarang dan keadaan yang dikehendaki
2.    Pencarian operator yang cocok untuk mengurangi adanya perbedaan itu
3.    Penilaian atas hasil
Asas Pembelajaran
Dalam menurunkan asas pembelajaran dari penelitian pengolah informasi paling sedikit ada dua kesulitan yang besar, yaitu :
1.    Proses belajar merupakan banyak proses yang bayak harus diselidiki
2.    Dominannya psikologi kognitif, dalam proses pembelajaran
Ada tiga perkembangan penting bagi pendidikan telah muncul dari penekanan pada soal pengolahan informasi ini, yaitu :
1.    Titik berat yang makin besar pada siasat pengolahan yang digunakan pada waktu siswa belajar
2.    Kesadaran akan perlunya mengajar ketrampilan proses kognitif secara langsung
3.    Di bidang pengembangan kurikulum